Diare

PENYAKIT DIARE PADA BAYI DAN NEONATUS
            Definisi Diare
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair.  Bisa juga didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.  Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar.

2.9.2        Etiologi
Diare dapat disebabkan karena beberapa faktor, seperti infeksi, malabsorbsi, makanan, dan psikologi.
1.      Infeksi
a.    Enteral, yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan penyebab utama terjadinya diare.  Infeksi enteral meliputi:
a)      Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya;
b)      Infeksi virus : enterovirus, seperti virus ECHO, coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astrovirus, dan sebagainya;
c)      Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, dan strongylodies), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan trichomonas hominis), serta jamur (Candida albicans).
b.      Parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, misalnya otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya.
2.      Malabsorbsi
a.       Karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa) serta monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada anak dan bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa.
3.      Makanan, misalnya makanan basi, beracun, dan alergi.
4.      Psikologis, misalnya rasa takut atau cemas. 

2.9.3        Patogenesis
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan terjadinya diare adalah sebagai berikut:
1.      Gangguan osmotik
Akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan isinya sehingga timbul diare.
2.      Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu, misalnya toksin pada dinding usus yang akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan ke dalam rongga usus, sehingga akan terjadi peningkatan isi dari rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus dan akhirnya timbullah diare.
3.      Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi usus untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan timbul diare.  Akan tetapi, apabila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltik usus maka akan dapat menyebabkan diare juga.
2.9.4        Patogenesis Diare Akut
1        Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
2        Jasad renik tersebut akan berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.
3        Dari jasad renik tersebut akan keluar toksin (toksin diaregenik).
4        Toksin diaregenik akan menyebabkan hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
2.9.5        Tanda dan Gejala
Berikut ini adalah tanda dan gejala pada anak yang mengalami diare.
1.      Cengeng, rewel
2.      Gelisah
3.      Suhu meningkat
4.      Nafsu makan menurun
5.      Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan adanya darah.  Kelamaan, feses ini akan berwarna hijau dan asam
6.      Anus lecet
7.      Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi penurunan volume dan tekanan darah, nadi cepat dan kecil, peningkatan denyut jantung, penurunan kesadaran, dan akhirnya syok
8.      Berat badan menurun
9.      Turgor kulit menurun
10.  Mata dan ubun- ubun cekung
11.  Selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering

2.9.6        Komplikasi
Komplikasi yang terjadi jika diare tidak tertangani secara tepat dan tepat, antara lain:
1.      Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, yang dibagi menjadi:
a.       Dehidrasi ringan, apabila terjadi kehilangan cairan <5% BB
b.      Dehidrasi sedang, apabila terjadi kehilangan cairan 5-10% BB
c.       Dehidrasi berat, apabila terjadi kehilangan cairan >10-15% BB
2.      Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah dan apabila penurunan volume darah mencapai 15-25% BB maka akan menyebabkan penurunan tekanan darah
3.      Hipokalemia dengan gejala yang muncul adalah meteorismus, hipotoni otot, kelemahan, bradikardi, dan perubahan pada pemeriksaan EKG
4.      Hipoglikemia
5.      Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim laktosa karena kerusakan vili mukosa usus halus
6.      Kejang
7.      Malnutrisi energi protein karena selain diare dan muntah, biasanya penderita mengalami kelaparan
2.9.7        Penatalaksanaan
Prinsip perawatan diare adalah sebagai berikut:
1.      Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan)
2.      Diatetik (pemberian makanan)
3.      Obat-obatan
4.      Teruskan pemberian ASI karena dapat meningkatkan daya tahan tubuh
a.       Jumlah cairan yang diberikan adalah 100ml/kgBB/hari sebanyak 1 kali setiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi.  Sebanyak 50% cairan ini diberikan dalam 4 jam pertama dan sisanya adlibitium
b.      Sesuaikan dengan umur anak:
a)      <2 tahun diberikan ½ gelas;
b)      2-6 tahun diberikan 1 gelas;
c)    &nbrp; >6 tahun diberikan 400cc (2 gelas).
c.       Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka diberikan cairan 25-100 ml/kgBB dalam sehari atau setiap 2 jam
d.      Oralit diberikan sebanyak lebih kurang 100 ml/kgBB setiap 4-6 jam pada kasus dehidrasi ringan sampai berat
Beberapa cara untuk membuat cairan rumah tangga (cairan RT)
a)      Larutan gula garam (LGG): 1 sendok teh gula pasir + ½ sendok teh garam dapur halus + 1 gelas air masak atau air teh hangat
b)      Air tajin (2 liter + 5g garam)
1)      Cara tradisional
3 liter air + 100g atau 6 sendok makan beras dimasak selama 45-60 menit
2)      Cara biasa
2 liter air + 100g tepung beras + 5g garam dimasak hingga mendidih